Sudah dua pekan Israel menyerang Gaza.
Puluhan jet tempur meliuk-liuk di udara. Di darat, armada tank tempur
Israel merangsek masuk ke pemukiman warga. Langit malam terang oleh
semburat api roket dan mortir. Bau mesiu merambat ke tiap sudut rumah.
Sekumpulan pemuda di kejauhan sana berlarian menggotong seonggok jasad yang tak bernyawa. Dari tempat yang sama, seorang pemuda terseok-seok jalannya akibat peluru yang bersarang di kaki kanannya. Kemudian pada hari Sabtu (17/11/2012)di televisi terlihat lagi seorang ibu yang menangis karena kematian anaknya, Terlihat lagi tayangan seorang anak laki- laki menangis dibalik reruntuhan rumahnya. Terlihat tayangan yang lain di hari yang sama, mereka duduk bersimpuh, dan menadahkan tangan ke langit dengan mata sayu. Dan pada bakda magrib tgl 19 November 2012 hati ini teriris-iris, tak terasa air mata ini bercucuran tak terhenti ketika terlihat tayangan salah satu stasiun TV, sekerumunan masyarakat Gaza mengangkat seorang balita yang sudah tidak bernyawa dari reruntuhan bangunan, karena serangan roket Israil ke Gaza pada Senin (19/11/29012) dini hari waktu setempat. Dari hati kecil ini terucap….. “Berapa lagi yang harus mati, ya Robb”’
Sekumpulan pemuda di kejauhan sana berlarian menggotong seonggok jasad yang tak bernyawa. Dari tempat yang sama, seorang pemuda terseok-seok jalannya akibat peluru yang bersarang di kaki kanannya. Kemudian pada hari Sabtu (17/11/2012)di televisi terlihat lagi seorang ibu yang menangis karena kematian anaknya, Terlihat lagi tayangan seorang anak laki- laki menangis dibalik reruntuhan rumahnya. Terlihat tayangan yang lain di hari yang sama, mereka duduk bersimpuh, dan menadahkan tangan ke langit dengan mata sayu. Dan pada bakda magrib tgl 19 November 2012 hati ini teriris-iris, tak terasa air mata ini bercucuran tak terhenti ketika terlihat tayangan salah satu stasiun TV, sekerumunan masyarakat Gaza mengangkat seorang balita yang sudah tidak bernyawa dari reruntuhan bangunan, karena serangan roket Israil ke Gaza pada Senin (19/11/29012) dini hari waktu setempat. Dari hati kecil ini terucap….. “Berapa lagi yang harus mati, ya Robb”’
Sejanak aku berfikir, betapa biadapnya
nilai-nilai kehidupan dan agama terjajah oleh Zionis Israel. Sudah
sangat jelas, mereka mengambil bagian demi bagian, menyiksa, menyandera,
membunuh tanpa kenal usia atau jenis kelamin. Siapa pun mampu melihat
apa yang terjadi sejak berpuluh tahun lalu, kejahatan-kejahatan Israel
yang terus-menerus, membuat hati ini akan bergerak untuk meraih
tangan-tangan tak berdosa itu.
Sementara dilihat dari sisi agama Islam,
begitu banyak keutamaan-keutamaan yang harus kita perjuangkan di negeri
yang diwakafkan untuk umat Islam ini. Ada Masjidil Aqsha yang merupakan
kiblat pertama umat Islam, salah satu masjid yang diberkahi setelah
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan tempat Rasulullah ‘transit’ dalam
perjalanan Isra’ Mi’raj-nya, serta masih banyak lagi.
Masihkah kemudian kita bertanya? Karena
dengan segala perasaan lemah kita sebagai bangsa Indonesia yang tak
henti-hentinya diterpa musibah dan bencana, carut marut masalah korupsi
yang tak jelas ujung pangkalnya, berkurangnya satu demi satu pulau,
kemiskinan yang menjadi pemandangan sehari-hari dan banyak lagi.
Tapi, sadarkah kita, keadaan kita masih lebih baik dengan mereka di sana.
Kemudian, akan membuat diri kita malu
ketika kita mengetahui beberapa fakta tentang sikap bangsa Palestina
kepada bangsa Indonesia.
Ada beberapa contoh yang akan membuat kita tertegun.
Ketika Padang mengalami gempa, Palestina
mengirimkan bantuan dan juga dokter-dokter. Saat terjadi gempa di Jawa
Tengah dan sekitarnya, rakyat Gaza memberikan sumbangan. Saat letusan
Gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya serta Tsunami di Mentawai,
rakyat Palestina menyumbang masing-masing $2.000 ke dua tempat tersebut.
Negara Palestina yang sedemikian
kesusahannya di bawah penjajahan Zions Israel, tetapi masih peduli untuk
membantu kita. Lalu, kenapa kita yang tidak di bawah jajahan siapa pun
saat ini, membantu mereka. Kita yang berjalan dengan aman dan nyaman
mendukung mereka yang saat ini hidupnya di bawah desingan peluru dan
bom. Bukankah kita semua bersaudara? Bukankah kita menentang segala
bentuk penjajahan?
“Sudah semestinya tak lupakan doa untuk
mereka dan sisihkan sebagian dana. Sekecil apapun untuk disumbang
kepada mujahidin Palestina. Mari sama-sama kita gerakan hati terus
untuk mereka …. “Allahummanshur ikhwana al-mujahidiina fii Filistin (Ya Allah tolonglah saudara kami mujahidin di Palestina).”
Sumber: http://nanin79.wordpress.com/
Sumber: http://nanin79.wordpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar